Senin, 27 Oktober 2014

Dosa Sri Kresna : Ambisi, Siasat, dan Kelicikan



Lord Khrisna atau Sri Kresna dalam jagad pewayangan Jawa dikenal sebagai sosok yang waskita, ngerti sakdurunge winarah, apa kang cinipta kelakon, sinedya dadi. Sebab ia adalah  titsing Wisnu kekandhangane Hyang Suman.  Merupakan permata dari bangsanya, bangsa Yadawa. Bangsa  dengan klan – klan yang cukup besar, mendiami banyak Negara, seperti Dwarawati atau Dwaraka, Kumbina atau Kundina, Lesanpura, dengan Mandura sebagai induknya. Ikatan kekeluargaan Yadawa sangatlah erat, jika suatu klan Yadawa menyerang kerajaan lain maka  klan Yadawa lainnya akan membantu. Sebaliknya, jika suatu klan diserang bangsa lain maka seluruh Yadawa akan bersatu untuk mempertahankan diri. Maka tidak heran jika diantara darah Yadawa muncul petarung – petarung ulung seperti Baladewa atau Balarama, Kamsa, Sisupala, Setyaki dan ayahnya Ugrasena. Mereka adalah tipe Yadawa yang dianggap paling sejati, dengan semangat yang meledak – ledak, semangat juang menggelora, dan ber temperamen tinggi. Ada lagi tipe Yadawa yang kedua, yaitu lebih diplomatis, pandai bernegosiasi, lihai merangkai kalimat untuk menundukka lawan bicaranya atau sekedar membenarkan perbuatannya agar diterima orang lain, mereka seperti Arya Prabu Rukma, Samba, Setyaka, dan tentu saja yang paling hebat, Sri Kresna sendiri.

Segala sesuatu sepertinya sudah dimiliki Bangsa Yadawa, mulai dari kejayaan, kekayaan, kerajaan yang luas, hingga status  “kebangsawanan” di kalangan bangsawan Arya sendiri. Namun ada hal yang masih menjadi kekhawatiran Sri Kresna, yaitu bahwa segala yang dimiliki Kaum Yadawa tidak akan bertahan lama, sebentar lagi kegemilangan bangsanya akan segera lenyap. Seluruh kejayaan, kekayaan, dan kerajaan besarnya akan hancur, yang tersisa hanyalah puing puing sisa masa gemilang yang tidak lagi bernilai, dan didiami oleh Yadawa golongan rendahan yang hidup tidak menentu. Tentu tidak sulit bagi Kresna untuk menerawang hal yang akan terjadi di masa depan dengan kemampuan yang dimilikinya. Dan dia juga paham jika ini adalah kehendak Yang Kuasa untuk menghukum kaumnya yang karena dimanjakan oleh keadaan hingga timbul rasa malas dan congkak. Ia sangat prihatin diantara putra – putranya, terutana Samba yang diharapkan menjadi penerusnya tidak mencerminkan sosok kepemimpinan yang diharapkan, Samba terlalu dimanjakan oleh keluarganya. Atau sikap congkak yang ditunjukkan oleh sepupu jauhnya Sisupala, atau kesombongan Kritawarma yang bersekutu dengan Kurawa, sudah membuat moral Bangsa Yadawa semakin bobrok.
Hati Sri Kresna semakin teriris ketika melihat “ sepupu “ bangsanya yaitu Bangsa Kuru yang saat itu dipelopori oleh Pandhawa dan Kurawa, semakin gilang gemilang, meniti puncak kejayaan diantara Bangsa Arya. Ia tersenyum kecut melihat apa yang terjadi. Namun Sri Kresna bukanlah orang yang menyerah pada nasib, ia mulai menyusun siasat dan strategi untuk melanggengkan hagemoni bangsanya. Ia sadar saat ini yang mejadi kiblat Para Suku Arya adalah Bangsa Kuru, maka mau tidak mau ia harus mendekati dan sebisa mungkin masuk dalam lingkaran Bangsa Kuru. Ia menyuruh kakaknya, Baladewa untuk mendekati Kurawa, sedang ia sendiri mendekati Pandhawa. Metode perkawinan politikpun ia lakukan. Pertama ia menggunakan adik perempuannya, Sembadra untuk dinikahkan dengan Arjuna dari keluarga Pandhawa. Sri Kresna mengetahu bahwa keturunan Arjunalah yang sesungguhnya akan mendapatkan wahyu keprabon, pewaris tahta Raja Besar Arya. Dan apa yang apa yang dikehendaki terjadi, dari Rahim Sembadra lahirlah Abimanyu, berdarah setengah Yadawa setengah Kuru. Investasinya dimasa depan akan berhasil.
Namun ia masih belum puas, ia menginginkan darah Yadawa murni yang menjadi penguasa. Ketika Dewa menurunkan Wahyu Cakraningrat, yaitu barangsiapa mendapatkan wahyu tersebut maka ia akan menurunkan raja – raja besar. Maka ia mengutus anaknya, yaitu Samba untuk mendapatkan wahyu tersebut. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat dielakkan, Samba tidak berhasil mendapatkan Wahyu Cakraningrat, bahkan Abimanyulah yang mendapatkannya. Sri Kresna jelas kecewa, meski setiap orang  awam yang tak berilmu pun akan tahu jika Samba tak akan mungkin menang bersaing dengan Abimanyu, Samba tak punya kecakapan sama sekali, sedang Abimanyu selain lihai dalam seni perang ia juga mulai belajar bab tata Negara, semakin memantapkan bahwa ia calon raja besar.
Kegusaran hatinya mendorong Sri Kresna untuk mengulangi cara yang pernah ia lakukan dahulu, yaitu perkawinan politik. Putrinya yang bernama Siti Sundari ia nikahkan dengan Abimanyu yang baru berusia 15 tahun. Meski mereka masih saudara sepupu dan mempelai wanita jauh lebih tua dari mempelai pria. Harapan Sri Kresna  agar anak dari Abimanyu akan lebih dekat dengannya karena darah Yadawa yang mengalir di nadinya lebih dominan. Tidak hanya itu, dengan dalih mempererat ikatan kekeluargaan antara ia dan Arjuna, anaknya yang lain yaitu Titisari ia nikahkan dengan Irawan, anak Arjuna yang lain. Akan tetapi terjadi suatu hal diluar prediksi Sri Kresna, Siti Sundari ternyata mandul, dan Abimanyu menikah lagi dengan Utari, Putri Wirata dari Bangsa Matsya. Kekhawatiran Sri Kresna semakin menjadi ketika mengetahui Utari mengandung anak Abimanyu, yang pastinya akan kelak akan menjadi raja, daa hancurlah kesempatan bagi Bangsa Yadawa untuk berkuasa.

Buntu pikiran Sri Kresna membawanya untuk menggunakan siasat terakhir. Jika Bangsa Kuru tak bisa disusupi dengan cara halus, maka hancurkan dengan cara kasar. Ya, Bangsa Kuru harus disingkirkan. Menggunakan isu tahta Kerajaan Hastinapura yang menjadi sengketa antara Pandhawa dan Kurawa, ia kembali mengobarkan semangat Para Pandhawa untuk mengklaim Hastina yang menjadi hak mereka. Dengan kepandaiannya merangkai kata hingga para Pandhawa terbuai dan mengamini apa pendapat Sri Kresna. Para Pandawa yang sebenarnya sudah merelakan Hastina, kembali bangkit atas “ hasutan “ Sri Kresna untuk meminta hak tahta Hastina. Dari kefasihannya berbicara hingga Para Pandhawa sepakat mengangkat Sri Krisna menjadi penasihat perang mereka. Hati Sri Krisna bersorak, ia mulai menancapkan kekuasaannya atas Bangsa Kuru. Pandhawa akan berperang dengan Kurawa, siapapun yang menang Bangsa Kuru akan lemah dan saat itu Bangsa Yadawa lah yang akan mengambil keuntungan. Masih ada hal yang mengganjal, Baladewa kakaknya merupakan penasihat Kurawa, ia tahu bahwa kakaknya pasti akan membela Kurawa. Ia tidak ingin perang saudara Bangsa Kuru juga akan diikuti perang saudara Bangsa Yadawa. Untuk itu ia menggunakan tipuu muslihat dengan mengungsikan kakaknya ke Grojogan Sewu selama perang terjadi agar Baladewa tidak bisa ambil bagian dalam perang.
Waktu yang sangat dinantikan Sri Kresna tiba. Perang saudara Pandhawa – Kurawa yang lazim disebut Bharatayuda itu akhirnya meletus. Pihak Pandhawa mempercayakan jalannya perang kepada Sri Kresna. Setiap panglima perang yang maju harus mendapat persetujuannya. Dengan dalih mendapatkan ilham dari Dewa berdasarkan Kitab Jitabsara, ia mulai mengangkat panglima perang dari kalangan putra – putra Pandhawa. Dan hasilnya, sebagian besar putra Pandhawa gugur, termasuk menantunya sendiri yaitu Abimanyu, dalam hati kecilnya Sri Kresna memendam kekecewaaan kenapa Abimanyu tidak memiliki keturunan dengan anaknya, Siti Sundari. Singkat cerita perang berakhir dengan kemenangan pihak Pandhawa, seluruh Kurawa gugur. Secara de jure Pandhawa yang menang namun secara de facto Sri Kresnalah yang menang, mengingat sebagian putra Pandhawa yang terkemuka telah tewas. Yang tersisa hanyalah Pandhawa dan beberapa putranya serta anak mendiang Abimanyu yang baru lahir, kemudian diberi nama Parikesit.

Kemenangan Pandhawa membuat nama Sri Kresna menjadi harum, para Pandhawa menganggap racikan strategi Sri Kresnalah yang mengantarkan mereka memenangi perang besar. Maka setiap ucapan Sri Kresna selalu mereka turuti. Inilah kesempatan emas bagi Sri Kresna untuk mengubah percaturan politik Para Bangsa Arya. Ia membuat kebijakan yang sangat kontroversial. Alih – alih Yudhistira sebagai Pandhawa tertua, atau Pancawala, anaknya yang dijadikan raja di Hastina, tetapi malah Parikesit, bayi orok yang baru lahir, anak dari Abimanyu yang dinobatkan menjadi Raja Hastinapura. Ia sadar hanya Parikesitlah yang memiliki sedikit Darah Yadawa yang paling berpeluang menjadi raja. Lebih aneh lagi, cucunya, anak dari Samba, yang bernama Arya Dwara ia jadikan Patih di Hastina, padahal apa kontribusi Dwara selama ini? Ia bahkan bukan kerabat Pandhawa. Belum cukup sampai disitu, kuku kekuasaan Yadawa semakin menancap di hastinapura setelah Baladewa, kakak Sri Kresna diangkat menjadi penasihat utama kerajaan. Jadi setiap kebijakan yang diambil pastilah berasal dari Baladewa atau Arya Dwara sebagai pemangku jabatan strategis. Sedang apa yang didapatkan Pandhawa ? dengan kata – kata halusnya Sri Kresna mengajak Para Pandhawa untuk mengasingkan diri meninggalkan keduniawian untuk menebus dosa mereka karena telah berperang dengan saudaranya sendiri, para Kurawa.
Sekarang Sri Kresna sudah bisa bernafas lega. Meski sebentar lagi kerajaan dan bangsanya akan hancur tercerai berai, setidaknya masih ada kekuasaan di Hastinapura. Segala upaya dan siasatnya sekian tahun akhirnya membuahkan hasil juga, segala cara sudah ia lakukan walau kadang terkesan licik, picik, bahkan kejam. Tapi tak apalah yang penting ambisinya tercapai. Toh dia adalah titisan Lord Vhisnu yang berhak mengubah jalannya takdir manusia. Ya dialah Sri Krisna…

   

13 komentar:

  1. di wayang jawa kresna juga kena kutukan dewi gandari kayak yg di mahabarata india g mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang di cerita pewayangan jawa sebenarnya juga kresna dikutuk oleh gendari, tapi jarang ada dalang yang melakonkanya, lakon yang sering dipentaskan, setelah perang barata yuda paling lahirnya parikesit dan parikesit jadi raja hastina,

      Hapus
  2. Menurut saya itu bukan ambisi dan kelicikan. Karena anda tdk faham sepenuhnya mengenai cerita krisna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lihat lakon banjaran narayana
      https://www.youtube.com/watch?v=pJszSNIZJas

      Hapus
  3. Ko dicampur aduk gitu bos,. Versi india jangan dcampur dngan versi jawa semrawut jadinya,.. Karena versi jawa sudah diolah lg oleh para wali sanga, agar selaras dengan ajaran islam, dan menambahkan beberapa tokoh agar lebih menarik, kalo mau mengupa versi india ya versi india sja, versi jawa ya jawa saja jangan dicampur, diibaratkan makanan bakso rasanya enak, soto juga enak tapi kalo bakso sama soto dicampur jadi satu ya hasilnya tidak enak bos,. Sebelum anda mengupas sesuatu dipelajari dulu, jangan asal tulis,.. Dipahami dulu dari awal sampe akhir lalu dikoreksi

    BalasHapus
  4. Perlu di ketahui. Semua yg terjadi dalam setiap cerita dalam Mahabarata adalah kehendak dan takdir yg di buat Sri Krishna sendiri. Beliau pun sudah tau apa peran beliau ,kehidupan beliau dan bagaimana nanti beliau berpulang. Ini hanyalah permainan Rohani beliau saja agar manusia memetik pelajaran atas semua jalan cerita dalam Mahabarata.

    BalasHapus
  5. Memang benar! Sejarah adalah milik sang pemenang,Krisna tokoh yang sangat terlalu di besar besarkan.coba pihak yang menang adalah korawa..?liicciikkkkk melebihi Sengkuni!
    Mana mungkin avatara Wishnu SPT itu.dia hanya mengklaim saja.sejarah milik sang pemenang. Puja dewa Siwa..

    BalasHapus
  6. Memang benar! Sejarah adalah milik sang pemenang,Krisna tokoh yang sangat terlalu di besar besarkan.coba pihak yang menang adalah korawa..?liicciikkkkk melebihi Sengkuni!
    Mana mungkin avatara Wishnu SPT itu.dia hanya mengklaim saja.sejarah milik sang pemenang. Puja dewa Siwa..

    BalasHapus
  7. Blog ga bermutu alias cucoklogi

    BalasHapus
  8. ini kayaknya salah..bukan seperti itu cerita sebenarnya..
    krisna itu avatara dewa wisnu...dan semua yang terjadi itu kehendak dewa wisnu..perang bharatayuda itu perang antara kebaikan dan keburukan..krisna ingin memberi tahu manusia kalo siapapun yang terlibat dalam kejahatan akan hancur

    BalasHapus
  9. Casino in St. Louis opens its doors - Dr.MCD
    casino in 전주 출장안마 St. Louis opens its doors 대전광역 출장안마 The 당진 출장마사지 MGM Resorts casino in St. Louis will 구미 출장샵 open in early next 안성 출장마사지 year.

    BalasHapus