Mungkin kebanyakan orang, dalam hal
ini penggemar wayang masih asing dengan nama Ken Sagopi atau Nyai Sagopi.
Sebagian kecil sudah mengenal Sagopi sebagai istri dari Demang Antagopa atau
Demang Sagopa, yang mengepalai sebuah Kademangan bernama Widarakandhang, yang
terkenal sebagai tempat persembunyian para putra raja Mandura yaitu Kakrasana /
Baladewa, Narayana / Kresna, dan Rara Ireng / Sembadra dari ancaman pembunuhan
oleh Adipati Sengkapura, Kangsadewa, yang merupakan anak angkat dari Raja
Mandura saat itu, Prabu Basudewa.
Saat
itu Kangsadewa sangat berupaya untuk membunuh para putra raja karena dia
beranggapan jika seluruh putra raja dilenyapkan khususnya Kakrasana dan
Narayana, sedang Rara Ireng ia peristri, maka dialah yang akan menerima tahta
Mandura selanjutnya. Maka Kangsa mulai melakukan beberapa tindakan makar untuk
menjaga stabilitas keamanan Mandura, termasuk mencari tempat persembunyian para
putra raja.
Lalu
mengapa Sagopa dan Sagopi rela untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi merelakan
Widarakandhang sebagai tempat persembunyian
3 putra raja tersebut. Motivasi keduanya tentu berbeda. Sagopa,yang
ketika mudanya adalah saudara seperguruan Raja Basudewa dan juga sebagai warga Negara
tentu merasa bahwa ia harus ikut serta
dalam bela Negara dengan menyelamatkan pewaris tahta yang sah. Selain itu mana
mungkin Sagopa bisa menolak permintaan atau lebih tepatnya perintah raja.
Bukankah titah raja protokolernya adalah siap laksanakan, tak bisa menolak.
Beda Sagopa, beda pula Sagopi. Wanita paruh
baya yang masih terlihat gurat – gurat kecantikan di waktu mudanya memiliki
cerita masa lalu yang berbeda dengan Sagopa, bahkan lebih rumit dan kompleks mengenai
hubungannya dengan Basudewa, bukan sekedar hubungan antara penguasa dan rakyat
jelata, bukan. Perlu diketahui, ketika masih muda, Ken Sagopi yang saat itu
masih bernama Ken Yasuda adalah Wiraswara ( penyanyi ) dan Penari di Istana
Mandura ketika pemerintahan raja Kunthiboja, ayah Basudewa. Meski berasal dari
desa namun kecantikan Yasuda sedah melegenda di kalangan keraton. Pembawaan yang
sederhana namun menawan, anggun tanpa banyak tingkah yang disengaja, tentu akan
membuat siapapun terbuai oleh citra Ken Yasuda. Apalagi ditambah dengan gerak
tari yang gemulai dan suara yang merdu, membuat kecemerlangannya kian komplit.
Banyak
abdi dalem bahkan tidak sedikit pejabat keraton yang menaruh hati pada sosok
Yasuda, namun tidak satupun yang berani
mrngungkapkan perasaan mereka. Apa pasal ? bukankah mencintai dan
keinginan memiliki adalah kodrat manusia ? bukankah Yasuda hanyalah gadis desa
yang tentu tidak banyak permintan ? Ya, setiap orang di dalam dinding keraton tentu tahu bahwa ada seorang yang juga memuji kesempurnaan Yasuda. Bukan pria
sembarangan, ya dialah putra sulung raja sekaligus putra mahkota kerajaan,
yaitu Basudewa. Setiap diadakan penyajian kesenian di istana tentu Basudewalah
yang paling tak sabar menantikan penampilan Yasuda, tiap ada waktu luang pasti
digunakan Basudewa untuk berbincang atau sekedar menyapa Yasuda.
Pertemuan
yang intens dan dengan kuasa yang dimiliki Basudewa, tak sulit baginya untuk
mendekatkan dirinya dengan Yasuda. Hingga di suatu kesempatan, pangeran mahkota
dan gadis desa itu melampaui batasan yang paling tegas. Ya, calon Raja Mandura
telah menghisap madu kenikmatan dari bunga desa yang baru mekar itu. Akibatnya tentu
bisa dirasakan, Yasuda mengandung benih trah Kerajaan Mandura, benih putra
mahkota, dan pasti juga akan menjadi pewaris tahta kelak. Namun Yasuda juga
menyadari dia hanyalah gadis desa, mana mungkin dia akan menjadi seorang istri
pangeran, menjadi permaisuri, apalagi menjadi ibu suri kelak. Jangankan permaisuri,
selirpun sepertinya mustahil. Tak apalah, toh ia tidak mencintai Basudewa, ya
dia tidak mencintai Basudewa. Ia melakukannya hanya semata sebuah pelayanan
rakyat terhadap perintah dari penguasa.
Penyesalan
tentu mengalir deras dari diri Basudewa, gelora jiwa mudanya telah membuyarkan
akal jernihnya. Nalar seorang ksatria calon raja telah hanyut oleh nafsu birahi
seorang pemuda. Nasi telah menjadi bubur. Benih yang dikandung Yasuda lama –
lama kian membesar, ia khawatir jika ia berterus terang kepada ayahnya ia akan
kehilangan tahta karena dianggap mempermalukan kerajaan. Bisa saja tahta akan
jatuh ke tangan adiknya, Arya Prabu Rukma, atau si bungsu, Ugrasena. Kebingungan
dan ketakutan yang menyelimutinya mengantarkannya untuk pergi ke
Widarakandhang, menemui Sagopa, saudara seperguruannya.
Dengan
merengek bak anak kecil meminta mainan, Basudewa memohon bantuan Sagopa,
meminta Sagopa untuk mau menampung Yasuda dan bayi yang dikandungnya. Sagopa
sudah paham dengan sifat saudara seperguruannya itu, apa yang diinginkan harus
tercapai.ia menyanggupi dan dia juga bersumpah selibat, tidak akan menikah
maupun berhubungan badan dengan siapapun, ia sudah menjadi wahdat. Sebuah sumpah
yang luar biasa. Sebuah penghormatan dan kepatuhan terhadap kawan dan penguasa.
Sebagai balasan maka Sagopa diangkat menjadi Demang di Widarakandhang, dengan
gelar Antagopa. Dan untuk bayi yang dikandung Yasuda akan diakui sebagai anak dari Sagopa,
serta demi keselamatan Yasuda, maka identitasnya disamarkan dengan memakai nama
Ken Sagopi.
Mulai
saat itu, secara de jure Sagopi adalah istri dari Sagopa, namun secara de facto
Sagopi tetaplah simpanan Basudewa. Setiap ada kesempatan Basudewa tentu akan
mengunjungi Sagopi. Tak kurang tiap seminggu sekali Basudewa selalu berkunjung.
Namun seiring diangkatnya Basudewa menjadi raja, maka Basudewa sudah tidak bisa
leluasa lagi mengunjungi Sagopi, apalagi ia sudah memiliki 3 orang permaisuri,
yaitu Dewaki, Rohini, dan Maera. Bahkan ketika Sagopi melahirkan, Basudewa
tidak bisa hadir, dia hanya mengirim adiknya yaitu Arya Prabu Rukma untuk
memberikan nama pada bayi yang baru lahir, nama bayi tersebut adalah Udawa,
yang kelak menjadi patih di Dwarawati.
Sagopi
tak sedikitpun menaruh dendam atau marah pada Basudewa, ia sadar bahwa
posisinya hanyalah seorang rakyat dan wanita biasa. Namun ada hal lain yang
dirasakan Sagopi, Arya Prabu, entah iba karena Sagopi ditelantarkan oleh
kakaknya atau karena melihat kecantikan Sagopi yang tidak berkurang sedikitpun
meski telah memiliki satu anak, ia menaruh hati pada Sagopi, wanita simpanan kakaknya.
Sagopi pun tidak bisa mengelak bahwa ia juga seorang wanita yang butuh
kesenangan biologis, mengingat suami resminya Demang Sagopa hanya bersandiwara
menikahinya, maka ajakan Arya Prabu Rukma untuk memadu kasih ia terima dengan
penuh gairah. Singkat waktu, Sagopi kembali mengandung, kali ini benih dari
Arya Prabu Rukma. Hingga tiba waktunya melahirkan, Arya Prabu Rukma tidak
pernah lagi menemui Sagopi, karena ia sudah menjadi raja di Kerajaan Kumbina
bergelar Prabu Bismaka. Bayi perempuan yang baru lahir diberi nama Rarasati
atau Larasati yang kelak diperistri oleh Arjuna.
Seperti
De Javu, ketika perayaan kelahiran Larasati datanglah pangeran bungsu Mandura
yaitu Ugrasena. Mengikuti jejak kedua kakaknya, ia juga terpesona kemolekan
tubuh Sagopi yang sudah beranak dua kali itu. Kali ini pun Sagopi sudah tidak
mempedulikan harga dirinya lagi, ia hanya pasrah ketika Ugrasena mulai
menggunakan tubuhnya sebagai alat pemuas nafsu. Dari hubungannya dengan
Ugrasena ia melahirkan anak laki – laki yang diberi nama Adimanggala, kelak
Adimanggala menjadi patih di Awangga, dan Ugrasena sendiri menjadi raja di Lesanpura
bergelar Prabu Satyajid.
Sagopi
bukanlah wanita penggoda atau sundal yang suka merayu orang. Dia hanyalah
korban feodal kaum elit. Apa daya seorang gadis desa melawan hasrat keinginan 3
bersaudara pangeran Mandura yang kini sudah menjadi 3 raja besar di Mandura,
Kumbina, dan Lesanpura. Ia sudah tidak memikirkan lagi apa artinya harga diri
atau perasaan seorang wanita, ia kini hanya focus pada masa depan anak –
anaknya dan anak titipan dari raja Basudewa, orang yang membuatnya mengalami
perjalanan hidup yang panjang dan melelahkan….
Widoro kandang yg di maksud apakah berada di wilayah Semin Gunungkidul?
BalasHapusCeritanya asyik untuk di mengerti dlm dunia pewayangan. Bisa menambah pengetahuan. Suwun.
BalasHapusHidup yang penuh liku
BalasHapusSangat menarik. Jika ada tambahan atau versi yang lain bisa share juga yaaa.. Thanks
BalasHapusWiracarita nya asyik & menarik sekali.
BalasHapus